Bisnis bank emas menjanjikan, Analis rekomendasikan saham BRIS
Jakarta – Adrian Maynard Taslim, Kepala Penjualan Ekuitas PT Jasa Utama Capital Sekuritas. Merekomendasikan untuk “sangat beli” atau “most buy” saham. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (Kode saham: BRIS) untuk jangka panjang. Dikarenakan bisnis bank emas atau bullion bank yang baru diluncurkan memiliki prospek yang bagus.
Layanan bank bullion yang ditawarkan BSI. Dianggap menjanjikan sejalan dengan meningkatnya harga emas global.
“Hal ini tidak hanya berdampak baik pada pertumbuhan bisnis BSI di masa depan, tetapi juga akan berpengaruh positif pada performa saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI),” ungkap Tvtogel Adrian dalam pernyataannya di Jakarta, pada hari Jumat.
Pada perdagangan hari Kamis, saham BRIS ditutup mengalami penurunan sebesar 8,36 persen, dengan harga Rp2. 630 per lembar.
Meski begitu, tekanan jual pada BRIS dianggap sebagai pengambilan keuntungan seketika, karena layanan bank emas yang baru diperkenalkan justru menciptakan pengaruh positif.
“Bulion bank memberi sentimen positif untuk BRIS, namun hari ini ada tekanan jual yang tinggi, karena investor memerlukan waktu untuk beradaptasi, apalagi dengan penurunan harga emas, sehingga ini adalah pengambilan keuntungan mendadak untuk BRIS,” ujar Adrian.
Tekanan jual yang terjadi pada BRIS juga dipengaruhi oleh faktor global. Menyusul penurunan harga emas dunia yang berdampak. Pada melemahnya harga emas atau logam mulia di dalam negeri.
Dalam perdagangan sebelumnya, harga emas Antam mengalami penurunan sebesar Rp2. 000 menjadi Rp1. 692. 000 per gram dibandingkan harga sebelumnya yang berada di Rp1. 694. 000 per gram.
Penurunan ini dipicu oleh penurunan harga emas global yang kini berada di daerah 2. 916,25 dolar AS per troy ounce, turun sebesar 0,11 persen dibandingkan hari sebelumnya.
Kelemahan saham BRIS juga mengikuti tren melemahnya saham di sektor keuangan, terutama perbankan, yang terus menurun sepanjang tahun ini.
Ketika dibandingkan dengan sahamsaham bank BUMN atau Himbara yang terdaftar di BEI, penurunan BRIS masih dianggap dalam batasan yang wajar.
Sepanjang tahun 2025 (yeartodate), harga BRIS hanya turun sebesar 3,66 persen, yang lebih baik dibanding saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang turun 11,03 persen dan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang merosot 18,25 persen.
Terkait dengan hal tersebut, Adrian menilai saham BRIS menarik untuk dimiliki. Terutama bagi investor yang mengutamakan investasi jangka panjang. Dibandingkan trading jangka pendek.
“Perlu diingat, ada kesempatan pembagian dividen, jadi sebaiknya tidak terburuburu untuk menjual, terutama bagi investor yang lebih memilih investasi dibanding trading, karena pembagian dividen dari BRIS cukup menjanjikan dengan laba bersih yang signifikan di tahun 2024,” katanya.
Diketahui, BSI telah berhasil mempertahankan momentum pertumbuhan kinerja. Yang positif dan berkelanjutan pada akhir tahun 2024. Dengan mencatat laba bersih mencapai Rp7,01 triliun, atau tumbuh 22,83 persen dari tahun ke tahun.
Hans Kwee, seorang pengamat pasar modal, menyatakan bahwa secara teknikal, saham BRIS masih direkomendasikan untuk membeli, dengan level support di Rp2. 840 dan level resistance di Rp3. 030.
Ia juga menjelaskan bahwa meskipun dalam jangka pendek, saham BRIS masih menghadapi tekanan jual, Hans berpandangan bahwa BRIS sangat menjanjikan untuk jangka panjang, seiring dengan inovasi dalam pengembangan bisnisnya yang kini menyediakan layanan bank emas.
“Di tengah tekanan pada sahamsaham perbankan, koreksi yang dialami BRIS masih dalam batas wajar, berkat fundamental perusahaan yang kuat dan ketertarikan pelaku pasar dalam pengembangan bisnis BSI dengan produk dan layanan barunya termasuk bank bullion,” tutup Hans.
Penurunan nilai BRIS terjadi karena aksi ambil untung dan keluar masuknya modal asing. Di sisi lain, situasi ini menawarkan kesempatan bagi investor lokal untuk membeli dan mengumpulkan BRIS.
Secara historis, pergerakan harga BRIS menunjukkan performa yang baik, bahkan mampu mempertahankan diri saat sektor perbankan mengalami koreksi sejak awal 2025.
Hans mengusulkan BRIS sebagai pilihan untuk diakuisisi atau “buy” dalam rentang harga Rp2. 900 sampai Rp3. 030, sementara untuk dijual atau “cut loss” jika harganya turun di bawah Rp2. 840. Ditargetkan, BRIS bisa meningkat ke level Rp3. 150 hingga Rp3. 220.
Pada Maret 2025, kebijakan baru mengenai tarif barang impor yang akan diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump mungkin akan membuat pasar keuangan terguncang di beberapa negara.
Meskipun demikian, terdapat aspek positif yang bisa meningkatkan nilai saham di sektor perbankan, termasuk BRIS, seperti rencana untuk membagikan dividen.
Hans menilai saat terjadi koreksi pasar saham, adalah waktu yang tepat untuk masuk ke bursa, karena harga saham menjadi lebih terjangkau. Ia merekomendasikan sektor yang aman seperti keuangan, konsumen, dan blue chip.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi juga menambahkan bahwa perusahaan tetap berkomitmen untuk mengembangkan layanannya demi memberikan keuntungan bagi nasabah dan pemegang saham.
Sejalan dengan layanan bank emas, BSI akan melanjutkan proses perizinan untuk pembiayaan dan penyimpanan emas. Dengan surat OJK No. S53/PB. 22/2025 yang dikeluarkan pada 12 Februari 2025, BSI diizinkan menjalankan dua jenis usaha, yaitu penyimpanan emas dan perdagangan emas.
Hery menyampaikan bahwa ekosistem emas BSI telah mengelola sekitar 17,5 ton yang terdiri dari gadai emas, cicil emas, dan emas digital, sehingga mudah diakses oleh masyarakat. Saat ini, omzet dari bisnis emas di BSI mencapai Rp28,7 triliun.
“Investasi emas tersedia mulai dari 0,05 gram dengan nilai di bawah Rp 100 ribu. Ini dapat diakses melalui platform digital BYOND, memungkinkan masyarakat untuk berinvestasi kapan saja dan di mana saja,” kata Hery.
Bersamaan dengan peluncuran layanan bank emas, BSI juga memperkenalkan tiga merek utama produk bank emas, yaitu BSI Gold, BSI Emas Digital, dan BSI ATM Emas.
“BSI ATM Emas menjadi yang pertama di Indonesia yang dimiliki oleh bank emas, dan diharapkan dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia,” tambah Hery.
Sepanjang tahun 2024, pembiayaan untuk bisnis emas mencapai Rp 12,8 triliun, meningkat 78,17 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencakup gadai dan cicil emas.